Published On:Kamis, 08 September 2016
Di posting oleh WEMPI WENLAUS DOO
Miskin dan Tersingkir
Ibu Teresa dari Kalkuta dinobatkan sebagai orang kudus. Umat Katolik dan warga dunia yang mengenal sosok Ibu Teresa dan karya-karyanya menyambut gembira kabar sukacita ini. Kisah hidupnya mempertontonkan kepada dunia seorang perempuan yang mempersembahkan hidup bagi kerja kemanusiaan.
Ibu Teresa dinyatakan suci bukan karena berdiam diri di balik tembok untuk mendaraskan doa yang panjang-panjang. Ia malah tergerak hati terjun ke lingkungan kumuh dan menjangkau mereka yang menderita dan tersingkirkan. Ketika Perang Dunia Kedua pecah, hati Ibu Teresa tergugah memberi makan dan harapan bagi warga miskin yang mewabah di India.
Pengalaman Ibu Teresa itu mengingatkan kita akan ketergerakan hati Yesus saat melihat si janda yang kehilangan putra satu-satu-nya dalam Injil Lukas 7:11-17. Dalam ayat 12 dikatakan, “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya, ‘Jangan menangis!’”
Selama ini, Gereja sudah banyak menunjukkan gerakan hati lewat karya-karya karitatif, serta dengan cara masing-masing kita juga telah terlibat menolong mereka yang menderita dan tersingkirkan. Gereja ringan tangan memberi makanan kepada mereka yang lapar, ringan kaki mengunjungi mereka yang di penjara, dan ringan hati berbagi pakaian dengan mereka yang tak berbaju. Apa itu cukup?
Dalam pidato saat menerima Nobel Perdamaian 1979, Ibu Teresa mengatakan, “Kita bekerja bukan hanya bagi mereka yang lapar akan makanan. Kita bekerja bagi mereka yang lapar akan cinta, harapan, dan kegembiraan hidup.” Mereka yang miskin dan tersingkir bukan hanya yang tidak memiliki makanan atau tak diperhitungkan dalam strata sosial. Bisa jadi, mereka yang kaya pun miskin cinta kasih, yang berpangkat juga fakir kegembiraan. Maka, Gereja diutus berkarya di dua ruang maha luas itu; melayani yang miskin santapan jasmani dan rohani. Di situlah Gereja menampakkan kekudusan.
Sumber: Hidup Katholik