Published On:Sabtu, 26 September 2015
Di posting oleh Admin:Yupiwo Apogo News
IMPERIALISME SEBAGAI SEBUAH TAHAPAN KHUSUS DARI KAPITALISME
Postingan
tmembongkar asal muasalnya Imperialisme anak kandung dari
kapitalismeulisan dibawah ini adalaha sebuah analisis analisi yg tajam dari Lenin
untuk walaupun disini tertulis data-data yang ia gunakan pada
masanya namun isi dari analisis analisis nya masih bisa dijadikan
sebagai bahan-bahan pembelajaran teoritis untuk melihat
kontradiksi-kontradiksi yan ada pada Imperialisme.selamat membaca
OLEH: VLADIMIR ILYICH LENIN
Foto: Vladimir Lenin |
Kita sekarang harus mencoba merangkum, menarik benang-benang dari apa
yang sudah kita diskusikan di atas mengenai imperialisme. Imperialisme
muncul sebagai perkembangan dan kelanjutan langsung dari
karakteristik-karakteristik fundamental kapitalisme secara umum. Tetapi
kapitalisme hanya menjadi kapitalisme imperialisme pada sebuah tahapan
tertentu dan paling tinggi dari perkembangannya, ketika beberapa
karakteristik fundamentalnya mulai berubah menjadi kebalikannya, ketika
fitur-fitur dari epos transisi dari kapitalisme ke sebuah sistem sosial
dan ekonomi yang lebih tinggi telah mengambil bentuk dan menunjukkan
diri mereka dalam semua bidang. Secara ekonomi, hal utama di dalam
proses ini adalah pergeseran kapitalisme persaingan bebas oleh
kapitalisme monopoli. Persaingan bebas adalah fitur utama dari
kapitalisme dan produksi komoditas secara umum; monopoli adalah
kebalikan dari persaingan bebas, menciptakan industri skala-besar dan
menggeser industri kecil, menggantikan industri skala-besar dengan
industri yang berskala bahkan lebih besar, dan membawa konsentrasi
produksi dan kapital ke sebuah titik dimana darinya telah tumbuh dan
sedang tumbuh monopoli: kartel-kartel, sindikat-sindikat, dan
perserikatan-perserikatan perusahaan, dan lalu mereka merger dengan
kapital dari lusinan bank yang memanipulasi ribuan juta dolar. Pada saat
yang mana, monopoli-monopoli ini, yang telah tumbuh dari persaingan
bebas, tidak menghapus persaingan bebas, tetapi eksis di atasnya dan
bersamanya, dan oleh karenanya menyebabkan sejumlah
antagonisme-antagonisme, friksi-friksi, dan konflik-konflik yang sangat
akut dan intens. Monopoli adalah transisi dari kapitalisme ke sebuah
sistem yang lebih tinggi.
Bila kita harus memberikan imperialisme sebuah definisi yang palingk
singkat, kita dapat mengatakan bahwa imperialisme adalah tahapan
monopoli dari kapitalisme. Definisi semacam ini akan mengikutsertakan
hal-hal yang paling penting; di satu pihak, kapital finansial adalah
kapital dari beberapa bank monopoli yang sangat besar, yang merger
dengan kapital dari asosiasi-asosiasi monopoli industrialis; dan di
pihak yang lain, pembagian dunia adalah transisi dari sebuah kebijakan
kolonial yang telah meluas tanpa halangan ke daerah-daerah yang belum
direbut oleh kekuatan kapitalis, ke sebuah kebijakan kolonial
kepemilikan monopoli atas daerah-daerah dunia, yang telah dibagi-bagi
sepenuhnya.
Tetapi definisi-definisi singkat, walaupun memudahkan karena mereka
merangkum poin-poin utama, tetaplah tidak memuaskan, karena kita harus
menarik kesimpulan dari mereka beberapa fitur khusus dari fenomena yang
masih harus didefinisikan. Dan oleh karenanya, tanpa melupakan watak
kondisional dan relatif dari semua definisi secara umum, yang tidak akan
pernah bisa merangkul semua keterkaitan dari sebuah fenomena dalam
perkembangan penuhnya, kita harus memberikan imperialisme sebuah
definisi yang akan mengikutsertakan lima fitur utama seperti berikut
ini:
(1) Konsentrasi produksi dan kapital telah berkembang ke sebuah tahapan
yang begitu tinggi sehingga menciptakan monopoli-monopoli yang memainkan
sebuah peran menentukan di dalam kehidupan ekonomi; (2) Merger antara
kapital perbankan dan kapital industrial, dan pembentukan, berdasarkan
“kapital finansial” ini, sebuah oligarki finansial; (3) Ekspor kapital,
yang berbeda dari ekspor komoditas, menjadi jauh lebih penting; (4)
Pembentukan asosiasi-asosiasi monopoli kapitalis internasional yang
membagi dunia di antara diri mereka sendiri, dan (5) pembagian
teritorial dari seluruh dunia oleh kekuatan-kekuatan kapitalis terbesar
telah selesai. Imperialisme adalah kapitalisme pada tahap perkembangan
dimana dominasi monopoli dan kapital finansial telah menjadi kenyataan,
dimana ekspor kapital telah menjadi sangat penting; dimana pembagian
dunia di antara sindikat-sindikat internasional telah dimulai; dimana
pembagian teritori-teritori dunia di antara kekuatan-kekuatan kapitalis
terbesar telah selesai.
Kita akan lihat selanjutnya bahwa imperialisme dapat dan harus
didefinisikan secara berbeda bila kita mempertimbangkan bukan hanya
konsep-konsep ekonomi dasar murni – yang merupakan batasan dari definisi
di atas – tetapi juga secara historis dimana tahapan kapitalisme ini
dalam hubungannya dengan kapitalisme secara umum, atau hubungan antara
imperialise dan dua tren utama di dalam gerakan kelas buruh. Hal yang
harus dicatat sekarang adalah bahwa imperialisme, seperti yang diartikan
di atas, tidak diragukan lagi mewakilkan sebuah tahapan khusus di dalam
perkembangan kapitalisme. Untuk memungkinkan para pembaca memahami
gagasan paling dasar dari imperialisme, saya sengaja mengutip sebanyak
mungkin ahli-ahli ekonomi borjuis yang harus mengakui fakta-fakta yang
tidak bisa disangkal berhubungan dengan tahapan ekonomi kapitalis yang
terbaru ini. Dengan maksud yang sama, saya telah mengutip dengan detil
statistik-statisitk yang memungkinkan kita untuk melihat sampai
tingkatan mana kapital perbankan, dll., telah tumbuh, dan dimana
tepatnya perubahan kuantitas-ke-kualitas dari kapitalisme-maju ke
imperialisme terekspresikan. Tentunya semua batas-batas di dalam alam
dan masyarakat adalah konvensional dan dapat berubah, dan adalah konyol
untuk berdebat, misalkan, mengenai tepatnya tahun berapa atau dekade ke
berapa imperialisme “benar-benar” menjadi kenyataan.
Namun, dalam hal mendefinisikan imperialisme, kita harus masuk ke sebuah argumentasi, terutama, dengan Karl Kautsky[1], ahli teori Marxis utama dari apa-yang-disebut periode Internasionale Kedua[2] –
yakni dua-puluh-lima tahun antara 1889 dan 1914. Gagasan-gagasan
fundamental yang terekspresikan di dalam definisi imperialisme kami
diserang dengan sangat keras oleh Kautsky pada tahun 1915, dan bahkan
pada bulan November 1914, ketika dia mengatakan bahwa imperialisme tidak
boleh dilihat sebagai sebuah “fase” atau tahapan ekonomi, tetapi sebuah
sebuah kebijakan, sebuah kebijakan tertentu “yang disukai” oleh kapital
finansial; bahwa imperialisme tidak bolah “diidentifikasikan” dengan
“kapitalisme jaman-sekarang”’; bahwa jika imperialisme dimengerti
sebagai “semua fenomena dari kapitalisme jaman-sekarang” – kartel,
proteksionisme, dominasi kapitalis finansial, dan kebijakan kolonial –
maka pertanyaan apakah imperialisme dibutuhkan oleh kapitalisme
terreduksi menjadi “tautologi [pengulangan semantik] yang paling
hambar”, karena dengan begitu maka “kapitalisme secara alami adalah
kebutuhan vital bagi kapitalisme”, dan seterusnya. Cara terbaik untuk
menunjukkan gagasannya Kautsky adalah dengan mengutip definisinya
sendiri mengenai imperialisme, yang bertentangan dengan isi gagasan yang
telah saya kedepankan (karena keberatan-keberatan yang datang dari kamp
kaum Marxis Jerman, yang telah menyokong gagasan-gagasan yang serupa
selama bertahun-tahun, yang telah dikenal oleh Kautsky sebagai
keberatan-keberatan dari sebuah tendensi tertentu dalam Marxisme).
Definisi Kautsky adalah sebagai berikut:
“Imperialisme adalah sebuah produk dari kapitalisme industrial yang
sangat maju. Imperialisme adalah hasrat dari setiap negeri kapitalis
industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua daerah-daerah agraria luas [penekanan dari Kautsky], tidak peduli negara mana yang mendudukinya.”[3]
Definisi ini tidak berguna sama sekali karena ia berat-sebelah, yakni
tanpa basis jelas definisi ini hanya mempertimbangkan masalah kebangsaan
(walaupun ini adalah sangat penting juga dalam hubungannya dengan
kapitalisme), definisi ini tanpa basis jelas dan dengan keliru menghubungkan masalah ini hanya dengan
negara-negara kapitalis industrial yang menjajah negara lain, dan
dengan cara yang sama serampangan dan keliru mengedepankan penjajahan
daerah-daerah agraria.
Imperialisme adalah sebuah hasrat untuk menjajah – ini adalah aspek politik dari
definisi Kautsky. Ini benar, tetapi sangat tidak lengkap, karena secara
politik, imperialisme adalah, secara umum, sebuah tendensi menuju
kekerasan dan reaksi. Namun untuk sementara kita tertarik pada aspek ekonomidari permasalahan ini, yang Kautsky sendiri masukkan
ke definisinya. Kekeliruan dari definisi Kautsky sangatlah mencolok.
Karakter utama dari imperialisme bukanlah kapital industrial tetapikapital
finansial. Bukanlah sebuah kebetulan kalau di Prancis justru
perkembangan pesat dari kapital finansial, dan melemahnya kapital
industrial, yang dari tahun 80an menyebabkan intensifikasi kebijakan
penjajahan (kolonial) secara ekstrim. Karakter utama dari imperialisme
justru adalah hasratnya untuk menjajah bukan hanya daerah-daeran
agraria, tetapi bahkan daerah-daerah yang paling terindustrialisasi
(nafsu Jerman akan Belgia; nafsu Prancis akan Lorraine), karena (1)
kenyataan bahwa dunia telah terbagi-bagi memaksa mereka yang memikirkan pembagian-ulang(redivision) untuk meluas ke setiap macam daerah,
dan (2) karakter utama dari imperialisme adalah persaingan antara
beberapa negara besar untuk meraih hegemoni, yakni perebutan teritori
bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk melemahkan musuhnya dan
melemahkan hegemoni musuhnya. (Belgia terutama penting bagi Jerman
sebagai sebuah basis operasi melawan Inggris; Inggris membutuhkan
Baghdad sebagai basis operasi melawan Jerman, dsb.)
Kautsky merujuk terutama – dan berulang kali – pada para penulis Inggris
yang, menurutnya, telah memberikan arti politik murni pada kata
“imperialisme” dalam artian yang dia, Kautsky, pahami. Kita ambil karya
oleh Hobson, seorang penulis Inggris, berjudul Imperialisme, yang terbit pada tahun 1902, dan di sana kita membaca:
“Imperialisme yang baru berbeda dengan yang lama; pertama, imperialisme
yang baru menggantikan ambisi sebuah kekaisaran tunggal dengan teori dan
praktek kekaisaran-kekaisaran yang saling bersaing, tiap-tiap dari
mereka termotivasi oleh nafsu kemegahan politik dan laba komersial yang
serupa; kedua, dalam dominasi finansial atau investasi terhadap
kepentingan perdagangan.”[4]
Kita lihat bahwa Kautsky sangatlah keliru dalam merujuk pada para
penulis Inggris secara umum (kecuali kalau maksudnya adalah para kaum
imperialis Inggris yang vulgar, atau para peminta-maaf imperialisme).
Kita lihat bahwa Kautsky, sementara mengklaim bahwa dia terus mendukung
Marxisme, pada kenyataan mengambil satu langkah mundur dibandingkan
dengan Hobson yangsosial-liberal, yang dengan lebih tepat mempertimbangkan
dua karakter imperialisme moderen yang “konkrit secara historis”: (1)
persaingan antara beberapa negara imperialis, dan (2) dominasi kaum
finansier atas kaum pedagang. Bila imperialisme secara utama adalah
masalah penjajahan negara-negara agraria oleh negara-negara industrial,
maka perang kaum pedagang ditaruh di depan.
Definisi Kautsky bukan hanya keliru dan tidak-Marxis. Definisinya
menjadi dasar dari seluruh sistem pemikiran yang menandakan perpecahan
dengan teori Marxis dan praktek Marxis. Saya akan berbicara mengenai ini
nanti. Argumen mengenai istilah-istilah yang diungkit oleh Kautsky,
yakni apakah tahapan terakhir dari kapitalisme bisa disebut kapitalisme
atau tahapan kapital finansial tidaklah layak diberikan perhatian
serius. Mau kita panggil apapun, ini tidak ada bedanya. Esensi dari
masalah ini adalah bahwa Kautsky memisahkan politik imperialisme dari
ekonominya, berbicara mengenai penjajahan sebagai sebuah kebijakan “yang
lebih dipilih” oleh kapital finansial, dan mempertentangkannya dengan
kebijakan borjuasi yang lain yang, menurutnya, adalah mungkin di atas
basis kapital finansial yang sama. Dari sini, maka kesimpulannya adalah
bahwa monopoli-monopoli adalah kompatibel dengan metode-metode
non-monopoli, damai, non-kolonial dalam politik. Kesimpulannya adalah
bahwa pembagian dunia, yang diselesaikan selama epos kapital finansial
ini, dan yang menjadi basis dari bentuk persaingan yang unik sekarang
ini antara negara-negara kapitalis terbesar, adalah kompatibel dengan
kebijakan non-imperialis. Hasilnya adalah penyangkalan dan penumpulan
kontradiksi-kontradiksi yang paling dalam dari tahapan kapitalisme yang
terbaru ini, alih-alih mengekspos kedalaman kontradiksi ini; hasilnya
adalah reformisme borjuis dan bukannya Marxisme.
Kautsky terlibat dalam sebuah perdebatan dengan seorang apologis
imperialisme dan penjajahan dari Jerman, Cunow, yang dengan janggal dan
sinis berargumen bahwa imperialisme adalah kapitalisme jaman-sekarang;
perkembangan kapitalisme adalah niscaya dan progresif; oleh karenanya
imperialisme adalah progresif; oleh karenanya kita harus menyembah dan
memuliakannya! Ini adalah seperti karikatur Marxis Rusia yang
digambarkan oleh kaum Narodnik[5] pada
tahun 1884-1885. Mereka berargumen: bila kaum Marxis percaya bahwa
kapitalisme adalah sebuah keniscayaan di Rusia, bahwa ia adalah
progresif, maka mereka baiknya memnuka sebuah kedai minuman dan mulai
menanam kapitalisme! Jawaban Kautsky kepada Cunow adalah seperti berikut
ini: imperialisme bukanlah kapitalisme jaman-sekarang; ia hanyalah
salah satu bentuk kebijakan dari kapitalisme jaman-sekarang. Kebijakan
ini dapat dan harus kita lawan; lawan imperialisme, penjajahan, dsb.
Jawaban ini tampak cukup masuk akal, tetapi sebenarnya ini adalah sebuah
advokasi perdamaian dengan imperialisme yang lebih halus dan
terselubung (dan oleh karenanya lebih berbahaya), karena sebuah
“perlawanan” terhadap kebijakan sindikat-sindikat dan bank-bank yang
tidak mempengaruhi basis ekonomi mereka adalah semata-mata reformisme
borjuis dan pasifisme, semata-mata ekspresi mimpi belaka yang
penuh-kebajikan dan tidak berbahaya. Menghindari kontradiksi-kontradiksi
yang ada, melupakan yang paling penting dari mereka, alih-alih
mengekspos kedalaman mereka – inilah teori Kautsky, yang tidak ada
hubungannya dengan Marxisme sama sekali. Secara alami, “teori” semacam
ini hanya dapat mendukung persatuan dengan Cunow!
“Murni dari sudut pandang ekonomi,” tulis Kautsky, “tidaklah mustahil
kalau kapitalisme akan sekali lagi melalui sebuah fase yang baru, yakni
sebuah fase perluasan kebijakan kartel-kartel ke kebijakan luar negeri,
fase ultra-imperialisme,”[6] yakni
sebuah fase super-imperialisme, sebuah persatuan imperialisme seluruh
dunia dan bukannya pertentangan antara mereka, sebuah fase dimana
perang-perang akan berhenti di bawah kapitalisme, sebuah fase
“penghisapan bersama oleh kapital finansial internasional yang
tersatukan”.[7]
Kita harus menjawab “teori ultra-imperialisme” ini nanti untuk
menunjukkan secara detil bagaimana teori ini secara menentukan dan penuh
pecah dengan Marxisme. Sekarang, sesuai dengan tujuan umum dari karya
ini, kita harus memeriksa data ekonomi sehubungan dengan pertanyaan ini.
“Dari sudut pandang ekonomi,” apakah “ultra-imperialisme” mungkin, atau
ini adalah ultra-omongkosong?
Bila sudut pandang ekonomi murni dimaksukan sebagai “abstraksi” murni,
maka semuanya dapat direduksi ke proposisi seperti berikut ini:
perkembangan bergerak ke arah monopoli-monopoli, maka dari ini, menuju
ke sebuah monopoli dunia tunggal, menuju ke sebuah sindikat dunia
tunggal. Ini tidak dapat diperdebatkan, tetapi ini juga sama sekali
tidak mengandung makna apapun seperti halnya pernyataan bahwa
“perkembangan bergerak” ke arah manufaktur pangan di laboratarium. Dalam
pengertian ini, “teori” ultra-imperialisme tidak kalah konyolnya
dibandingkan dengan “teori ultra-agrikultural”.
Akan tetapi, bila kita mendiskusikan kondisi “ekonomi murni” dari epos
kapital finansial sebagai sebuah epos historis yang konkrit yang dimulai
pada awal abad ke duapuluh, maka jawaban terbaik yang dapat kita
berikan kepada abstraksi “ultraimperialisme” yang kaku (yang memiliki
tujuan yang paling reaksioner, yakni mengalihkan perhatian dari
kedalaman antagonisme-antagonisme yang ada sekarang) adalah
dengan mempertentangkannya dengan realitas ekonomi yang konkrit dari
perekonomian dunia sekarang ini. Pembicaraan Kautsky yang tidak ada
artinya mengenai ultra-imperialisme mendorong, di antara lain, gagasan
yang sangatlah keliru yang hanya mendukung kaum apologis imperialisme,
yakni kapital finansial mengurangi ketidakseimbangan dan kontradiksi-kontradiksi perekonomian dunia, sementara pada kenyataannya ia justru meningkatkan mereka.
R. Calwer, di buku kecilnya, An Introduciton to the World Economy,[8] membuat
sebuah usaha untuk merangkum data ekonomi yang memungkinkan seseorang
untuk mendapatkan gambaran hubungan-hubungan internal dari perekonomian
dunia di awal abad ke duapuluh. Dia membagi dunia menjadi lima “daerah
ekonomi utama”: (1) Eropa Tengah (seluruh Eropa kecuali Rusia dan
Inggris); (2) Inggris Raya; (3) Rusia; (4) Asia Timur; (5) Amerika. Dia
memasukkan koloni-koloni ke “daerah-daerah” yang dimiliki oleh lima
negara utama tersebut dan “tidak mengikutsertakan” beberapa negara
seperti Persia, Afghanistan, dan Arabia di Asia, Moroko, Abissinia di
Afrika, dsb.
Di bawah ini adalah rangkuman data ekonomi daerah-daerah tersebut.
Daerah ekonomi utama | Luas daerah (juta mil persegi) | Jumlah penduduk (juta) | Transportassi | Perdagangan | Industri | |||
Rel kereta api (ribu kilometer) | Armada laut perdagangan (juta ton) | Import, eksport (milyar marks) | Output Batu bara (juta ton) | Output Besi mentah (juta ton) | Jumlah pemintal kapas (juta) | |||
Eropa Tengah | 27.6 (23.6) | 388 (146) | 204 | 8 | 41 | 251 | 15 | 26 |
Inggris | 28.9 (28.6) | 398 (355) | 140 | 11 | 25 | 249 | 9 | 51 |
Rusia | 22 | 131 | 63 | 1 | 3 | 16 | 3 | 7 |
Asia Timur | 12 | 389 | 8 | 1 | 2 | 8 | 0.02 | 2 |
Amerika | 30 | 148 | 379 | 6 | 14 | 245 | 14 | 19 |
Catatan: Angka dalam tanda kurung adalah daerah dan populasi koloni-koloni.
Kita lihat ada tiga daerah dengan kapitalisme yang sangat maju
(perkembangan alat produksi, perdagangan dan industri yang maju): Eropa
Tengah, Inggris, dan Amerika. Di antara mereka adalah tiga negara yang
mendominasi dunia: Jerman, Inggris Raya, dan Amerika Serikat. Persaingan
imperialis dan pertentangan antara negara-negara ini telah menjadi
teramat tajam karena Jerman hanya memiliki daerah yang kecil dan
beberapa koloni; pembentukan “Eropa Tengah” masih merupakan masalah masa
depan, ia sedang dilahirkan di tengah perjuangan yang akut. Untuk
sekarang, fitur utama dari seluruh Eropa adalah perpecahan politik. Di
pihak lain, di daerah-daerah Inggris dan Amerika, konsentrasi politik
sangatlah maju, tetapi ada jurang besar antara koloni-koloni besar dan
koloni-koloni kecil. Namun, di dalam koloni-koloni ini kapitalisme
barulah mulai berkembang. Pertentangan untuk merebut Amerika Latin
menjadi semakin tajam.
Ada dua daerah dimana kapitalisme tidak maju: Rusia dan Asia Timur. Di
Rusia, penduduknya tersebar; di Asia Timur, penduduknya padat; di Rusia
konsentrasi politik tinggi, di Asia Timur, konsentrasi politik tidak
eksis. Partisi Cina barulah dimulai, dan perjuangan merebut Cina antara
Jepang, Amerika, dan negara-negara lain semakin menajam.
Bandingkan realitas ini – perbedaan kondisi-kondisi ekonomi dan politik
yang besar, perbedaan yang ekstrim dalam laju perkembangan berbagai
negara, dsb., dan pertentangan penuh kekerasan antara negara-negara
imperialis – dengan dongeng kecil konyolnya Kautsky mengenai
ultra-imperialisme yang “damai”. Bukankah ini adalah usaha reaksioner
dari seorang filistin yang ketakutan untuk bersembunyi dari kenyataan?
Bukankah kartel-kartel internasional yang dibayangkan oleh Kautsky
sebagai embrio “ultra-imperialisme” (seperti halnya seseorang “dapat”
membayangkan manufaktur tablet-tablet di sebuah laboratorium sebagai
embrio ultra-agrikultural) sebenarnya adalah contoh dari pembagian dan pembagian-ulang dunia,
transisi dari pembagian yang damai ke pembagian tidak-damai dan
sebaliknya? Tidakkah Amerika dan kapital finansial lainnya, yang membagi
seluruh dunia secara damai dengan partisipasi Jerman dalam, contohnya,
sindikat rel kereta api internasional atau sindikat pelayaran, sekarang
terlibat di dalam pembagian-ulang dunia berdasarkan perimbangan kekuatan-kekuatan yang baru yang sekarang sedang diubah dengan metode-metode yang sama sekali tidak-damai?
Kapital finansial dan sindikat-sindikat tidaklah mengurangi tetapi
justru meningkatkan perbedaan-perbedaan laju perkembangan dari berbagai
bagian perekonomian dunia. Segera setelah perimbangan kekuatan-kekuatan
diubah, solusi apa yang dapat ditemukan di bawah kapitalisme selain solusi dengan kekerasan? Statistik rel kereta api[9] menyediakan
data yang sangat akurat mengenai perbedaan laju tumbuh kapitalisme dan
kapital finansial di dalam perekonomian dunia. Dalam beberapa dekade
terakhir perkembangan imperialis, jumlah total panjang rel kereta api
telah berubah seperti berikut ini:
Rel kereta api (000 kilometer) | ||||||
1890 | 1913 | Perubahan | ||||
Eropa | 224 | 346 | +122 | |||
AS | 268 | 411 | +143 | |||
Semua Koloni | 82 | 125 | 210 | 347 | +128 | +222 |
Negara-negara merdeka dan semi-merdeka di Asia dan Amerika | 43 | 137 | +94 | |||
TOTAL |
Jadi,
perkembangan rel kereta api adalah paling cepat di koloni-koloni dan di
negara-negara merdeka (dan semi-merdeka) di Asia dan Amerika. Di sini,
seperti yang kita ketahui, kapital finansial dari empat atau lima negara
kapitalis terbesar memegang kendali besar. Dua ratus ribu kilometer rel
kereta api baru di koloni-koloni dan di negara-negara lain di Asia dan
Amerika mewakilkan kapital lebih dari 40 milyar marks yang
diinvestasikan dengan baik, dengan jaminan laba besar dan order besi
yang menguntungkan, dsb., dsb.
Kapitalisme
tumbuh dengan kecepatan yang paling besar di koloni-koloni dan di
negara-negara luar Eropa. Di antara yang belakangan, kekuatan-kekuatan
imperialis baru sedang tumbuh (contohnya Jepang). Pertentangan antara
kekuatan-kekuatan imperialis dunia menjadi semakin akut. Laba yang
didapatkan oleh kapital finansial dari koloni-koloni dan negara-negara
luar-Eropa yang paling menguntungkan semakin meningkat. Dalam pembagian
‘jarahan’ ini, sebagian besar jatuh ke tangan negara-negara yang
kecepatan perkembangan kekuatan produksi mereka tidak selalu yang
terbesar. Di antara negara-negara paling besar, bersama dengan
koloni-koloni mereka, jumlah total rel kereta api adalah sebagai
berikut:
(000 kilometer) | |||
1890 | 1913 | ||
Amerika Serikat | 268 | 413 | +145 |
Inggris Raya | 107 | 208 | +101 |
Rusia | 32 | 78 | +46 |
Jerman | 43 | 68 | +25 |
Prancis | 41 | 63 | +22 |
TOTAL | 491 | 830 | +339 |
Jadi,
sekitar 80 persen dari total rel kereta api yang ada terkonsentrasikan
di tangan lima negara terbesar. Tetapi konsentrasi kepemilikan rel
kereta api ini, konsentrasi kapital finansial ini, adalah jauh lebih
besar karena para jutawan Prancis dan Inggris, contohnya, memiliki
banyak saham dan surat-surat berharga di rel-rel kereta api Amerika,
Rusia, dan lainnya.
Karena
koloni-koloninya, Inggris Raya meningkatkan panjang rel keretanya
sebanyak 100 ribu kilometer, empat kali lebih banyak daripada Jerman.
Sementara kita ketahui bahwa di periode tersebut perkembangan kekuatan
produksi di Jerman, dan terutama perkembangan industri batu-bara dan
besi, adalah jauh lebih cepat dibandingkan dengan Inggris – apalagi
dibandingkan dengan Prancis dan Rusia. Pada tahun 1892, Jerman
memproduksi 4.900.000 ton besi dan Inggris memproduksi 6.800.000 ton;
pada tahun 1912 Jerman memproduksi 17.600.000 ton dan Inggris 9.000.000
ton. Oleh karenanya Jerman jauh lebih unggul daripada Inggris dalam hal
ini.[10]Pertanyaannya adalah: Selain perang, adakah cara lain di bawah kapitalisme untuk
mengatasi jurang perbedaan antara perkembangan kekuatan-kekuatan
produksi dan akumulasi kapital di satu pihak, dan pembagian koloni dan
lingkup pengaruh kapital finansial di pihak yang lain?
Catatan:
[1] Karl
Kautsky (1854-1938) menyandang reputasi sebagai kawan lama Engels, ia
termasuk pendiri Internasionale Kedua, dan pembela Marxisme di masa awal
dalam menghadapi revisionisme Berstein. Akan tetapi, dengan semakin
mendekatnya tugas-tugas praktek dari revolusi, makin bimbanglah Kautsky,
dengan lihai ia menutupi penolakannya terhadap Marxisme revolusioner
dengan menggunakan tetek bengek sofis dan ungkapan-ungkapan 'Marxis'. Ia
menjadi duri dalam daging dalam Revolusi Oktober di Rusia 1917.
[2] Internasional
Kedua. Pada tahun 1880, Partai Sosial Demokrat Jerman mendukung seruan
dari kamerad-kamerad Belgia untuk mengadakan kongres sosialis
internasional pada tahun 1881. Kota kecil bernama Chur dipilih dan kaum
sosialis Belgia, Parti Ouvrier dari Perancis, Sosial Demokrat Jerman dan
Sosial Demokrat Swiss berpartisipasi dalam persiapan kongres yang
akhirnya menuju pada pembentukan Sosialis Internasional atau
Internasionale Kedua. Tidak seperti Internasionale Pertama,
Internasionale Kedua terdiri dari partai-partai politik yang memiliki
pemimpin terpilih, program politik dan keanggotaan yang berbasiskan di
negerinya masing-masing. Seksi nasional dari Internasionale Kedua
membangun serikat buruh, terlibat dalam pemilihan umum dan sangat
terlibat dalam kehidupan klas pekerja di negerinya masing-masing. Pada
tahun 1914, Internasionale Kedua mendukung Perang Dunia Pertama, dan ini
menandai awal dari kehancuran organisasi tersebut.
[3] Die Neue Zeit, 1914, 2 (B. 32), S. 909, Sept. 11, 1914; cf. 1915, 2, S. 107 et seq. (Catatan Lenin)
[4] Hobson, Imperialism, London, 1902, p. 324. (Catatan Lenin)
[5] Narodnik pada awalnya adalah nama untuk kaum revolusioner Rusia pada tahun 1860an dan 1870an. Narodniki berarti
“bergerak ke rakyat”. Kelompok Narodnik dibentuk unuk merespon konflik
yang semakin besar antara kaum tani miskin dan kaum tani kaya (kulak).
Kelompok tersebut tidak mendirikan organisasi yang konkrit, namun
memiliki tujuan umum sama untuk menggulingkan monarki dan kulak, serta
mendistribusikan tanah untuk kaum tani. Kaum Narodnik secara umum
percaya bahwa kapitalisme bukan merupakan sebuah keharusan akibat
perkembangan industri, dan bahwa dimungkinkan untuk melewati kapitalisme
secara langsung dan masuk ke dalam masyarakat sejenis sosialisme. Kaum
Narodnik percaya bahwa kaum tani adalah klas revolusioner yang akan
menggulingkan monarki, menganggap komune desa sebagai embrio sosialisme.
Namun mereka tidak percaya bahwa kaum tani akan mampu mencapai revolusi
dengan usahanya sendiri. Sejarah hanya dapat dibuat oleh pahlawan,
individu yang luar biasa, yang akan memimpin kaum tani menuju revolusi.
[6] Die Neue Zeit, 1914, 2 (B. 32), S. 921, Sept. 11, 1914. Cf. 1915, 2, S. 107 et seq. (Catatan Lenin)
[7] Ibid., 1915, 1, S. 144, April 30, 1915. (Catatan Lenin)
[8] R. Calwer, Einfü hrung in die Weltwirtschaft, Berlin, 1906. (Catatan Lenin)
[9] Statistisches Jahrbuch für das deutsche Reich, 1915; Archiv für Eisenbahnwesen, 1892.
Detil-detil kecil untuk distribusi rel kereta api di koloni-koloni
berbagai negara pada tahun 1890 harus diestimasi. (Catatan Lenin)
[10] Bandingkan juga Edgar Crammond, “The Economic Relations of the British and German Empires” in The Journal of the Royal Statistical Society, July 1914, p. 777 et seq. (Catatan Lenin)