Jatu Cinta Dari Timika Putus di Jayapura
Kita dua sering ketemu, duduk-duduk di pinggir jalan, makan papeda sama ikan kuah kunin, cerita sampe bintang turun di langit. Kadang-kadang kita naik motor sampe Pomako, duduk di pasir, liat laut jalan jauh ke ujung dunia, Kadang-kadang juga pergi mandi-mandi di kali-kali pindah jalan lintas meuwoo , dan banyak Cerita pokoknya.
Dia bilang, "Ko itu orang baik, sa senang skali ko ada." Sa cuma senyum, tapi dalam hati sa bilang, sa tra mau lepas ko, sa jaga ko baik-baik.
Waktu itu Sa SMA kelas' 2 sekolahnya SMATIRA (tiga raja ) sedangkan dia tu sekolahnya di SMK tunas bangsa situ, dia tu kak kelas sa.
Dia Setelah selesai SMA situ itu, Dia bilang ke sa itu mau kuliah di Jayapura. Sa bilang, "Ko pergi belajar, ko hebat, ko punya masa depan terang. Sa tunggu ko di sini." Dia peluk sa kuat-kuat, bilang, "Jarak itu cuma angka, hati kita tetap satu."
Awal-awal memang baik. Kita tiap malam kirim pesan, video call juga. Sa senyum tiap dengar suara dia. Tapi lama-lama, dia mulai sibuk. Sa kirim pesan, dia balesnya lama-lama. Telepon juga bilang "nanti sa sibuk tugas."
Sa mulai rasa... dia berubah. Sa tanya, "Ko masih sayang sa ka?" Dia diam.
Sampai satu hari, sa terbang ke Jayapura, cari dia. Kita duduk di warung kopi, hujan turun pelan-pelan. Dia pandang sa, lalu bilang:
"Maaf e... sa rasa kita dua su tra bisa lanjut. Sa su beda, sa su ada jalan lain."
Sa tra bisa bicara, air mata sa jatuh pelan. Dia peluk sa, lama skali, lalu jalan. Sa duduk sendiri di situ, kopi dingin, hati juga dingin.
Sekarang, tiap kali sa liat senja di Timika, sa ingat: di situ pertama kali sa jatuh cinta. Tapi juga, di Jayapura... cinta itu selesai.
**
Setelah pertemuan terakhir dengan Melyana, kehidupan sa berjalan seperti biasa, tapi ada kekosongan yang selalu terasa di hati. Hujan yang dulu menemani kami di warung kopi, kini hanya menjadi kenangan. Setiap kali sa melihat senja di Timika, sa merasa hati ini masih tertinggal di masa lalu, di saat-saat yang sudah berlalu.
Waktu berjalan cepat, sa kembali fokus ke sekolah, meskipun hati masih sesekali teringat. Tapi, perlahan sa belajar menerima kenyataan. Tugas sekolah semakin banyak, teman-teman baru di sekitar sa memberi dukungan. Mungkin ini cara Tuhan menunjukkan bahwa ada hal lain yang harus sa perhatikan, selain memikirkan Melyana.
Suatu hari, sa duduk di tepi pantai, seperti dulu saat bersama Melyana. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan rambut sa, dan suara ombak yang bergulung memberi ketenangan. Sa sadar, hidup ini seperti laut yang luas, ada banyak hal yang bisa dijelajahi. Tidak ada gunanya terjebak dalam satu titik yang sudah berlalu.
Sa mulai lebih banyak berbicara dengan teman-teman, berbagi cerita dan tawa. Sa mulai ikut kegiatan di sekolah, memperkenalkan diri kepada dunia yang lebih besar. Tanpa sadar, sa mulai merasa ada ruang baru yang terbuka dalam hati, ruang untuk diri sa sendiri, untuk impian-impian yang belum sempat terwujud.
Hingga suatu hari, sa menerima kabar dari teman lama, yang mengatakan bahwa Melyana akan pulang ke Timika. Sa tidak merasa cemas lagi, bahkan kali ini sa merasa tenang. Kalau memang jodoh, pasti akan bertemu lagi, tapi sa tahu sekarang, bahwa kebahagiaan sa tidak bergantung pada seseorang. Kebahagiaan itu datang dari dalam diri, dari perjalanan yang sa lalui.
Di akhir cerita, sa berdiri di tepi pantai, melihat matahari terbenam dengan senyuman kecil di wajah. Hidup sa belum selesai. Ada banyak cerita yang menanti. Melyana, dengan segala kenangan yang ada, sudah menjadi bagian dari masa lalu. Kini saatnya sa berjalan ke depan, mencari hal-hal baru yang lebih menantang dan membahagiakan.
Tamat,
Cerita fiksi saja..
W. Takapabii Doo
Maikai, Kota tua , 05 mei 2024
Sedih sekali, kesetiaan di balas dengan luka🥹🙏